@article{Pangestu_Kartadinata_2021, title={Indeks massa tubuh berhubungan dengan angka kejadian katarak}, volume={4}, url={https://jbiomedkes.org/index.php/jbk/article/view/179}, DOI={10.18051/JBiomedKes.2021.v4.170-177}, abstractNote={<p>Diperkirakan sebanyak 42% kasus kebutaan di dunia yang disebabkan oleh katarak berasal dari Asia Tenggara. Katarak ditandai dengan kekeruhan pada lensa mata dan penglihatan menjadi buram. Salah satu faktor yang dapat memengaruhi terjadinya katarak adalah indeks massa tubuh (IMT). Indeks massa tubuh yang tinggi dapat menyebabkan peningkatan stress oksidatif yang dipicu oleh kadar leptin yang tinggi. Prevalensi katarak yang ditemukan pada kategori overweight adalah 23% dan pada kategori obesitas didapatkan sekitar 34%. Pada indeks massa tubuh yang rendah dikaitkan dengan penurunan glutathione khususnya pada nukleus lensa. Terdapat penelitian yang menunjukan indeks massa tubuh memiliki hubungan dengan terjadinya katarak. Penelitian lainnya menyatakan indeks massa tubuh tinggi khususnya obesitas memiliki hubungan terjadinya katarak dengan prevalensi (RR 1.50, 95% CI 1.24–1.81), (RR 1.52, 95% CI 1.31–177) dan (OR 4.64, 95% CI 2.8889–7.440). Sedangkan terdapat penelitian lain yang menyatakan tidak ada hubungan antara indeks massa tubuh tinggi dengan terjadinya katarak dengan prevalensi (OR 1.06, 95% CI 0.80—1.40) dan (OR1.45, 95%CI 1.26–1.66) dibandingkan dengan kelompok underweight. Kesimpulan yang didapat adalah terdapat hubungan antara indeks massa tubuh, khususnya pada kategori obesitas terhadap terjadinya katarak. Pencegahan yang dapat dilakukan agar terhindar terjadinya katarak adalah dengan mengontrol berat badan.</p>}, number={4}, journal={Jurnal Biomedika dan Kesehatan}, author={Pangestu, Tania Callista Maheswari and Kartadinata, Erlani}, year={2021}, month={Dec.}, pages={170–177} }