@article{Kalumpiu_2019, title={Dapagliflozin : manfaat dan risiko pada diabetes melitus tipe 2}, volume={2}, url={https://jbiomedkes.org/index.php/jbk/article/view/74}, DOI={10.18051/JBiomedKes.2019.v2.81-89}, abstractNote={<p>Dapagliflozin merupakan salah satu obat antidiabetes pemberian oral golongan penghambat <em>sodium-glucose cotransporter-2</em> (SGLT2) yang digunakan pada penderita diabetes melitus tipe 2 (DMT2). Berbeda dengan antidiabetes oral lain yang bekerja menstimulasi sekresi insulin atau meningkatkan sensitivitas insulin, dapagliflozin bekerja di ginjal dengan cara menghambat secara kompetitif protein SGLT2 secara reversibel yang berperan dalam reabsorpsi glukosa di glomerulus sehingga menurunkan kadar gula dalam darah penderita DMT2. Beberapa studi telah dilakukan untuk melihat efek penghamabat SGLT2 dalam menurunkan kejadian kardiovaskular seperti <em>Empagliflozin Cardiovascular Outcome Event Trial in Type-2 Diabetes Patients-Remove Excess Glucose, Canagliflozin Cardiovascular Assessment Study</em>, dan studi multisenter yang mengevaluasi efek dapagliflozin pada insiden kejadian kardiovaskular yaitu <em>Dapagliflozin Effect on Cardiovascular Events</em> <em>(DECLARE-TIMI 58)</em> menunjukkan hasil yang kontradiksi. DECLARE-TIMI58 menunjukkan dapagliflozin tidak meningkatkan atau menurunkan risiko <em>major adverse cardiovascular events (MACE)</em> berbeda dengan obat golongan penghambat SGLT2 lainnya, namun studi ini menunjukkan dapagliflozin dapat menurunkan tingkat kematian dan rawat inap akibat penyakit gagal jantung. </p> <p><em>The American College of Cardiology, the American Diabetes Association (ADA), dan The European Society of Cardiology guideline</em> saat ini sudah merekomendasikan penggunaan penghambat SGLT2 (empagliflozin dan canagliflozin) sebagai obat tambahan pada pasien DMT2 dengan aterosklerosis. Hingga saat ini dapagliflozin belum direkomendasikan penggunaannya untuk penyakit kardiovaskular pencegahan aterosklerosis pada pasien DMT2 karena masih kurangnya studi-studi yang mendukung. Ketoasidosis  merupakan risiko yang perlu dipantau pada penggunaan obat penghambat SGLT2. Baru-baru ini FDA mengeluarkan adanya peringatan kejadian<em> Fournier’s gangrene</em>. Selain itu, peningkatan risiko fraktur dilaporkan pada penggunaan dapagliflozin dan perlu dipantau bila dimanfaatkan pada penderita DMT2 dalam praktik klinik.</p>}, number={2}, journal={Jurnal Biomedika dan Kesehatan}, author={Kalumpiu, Joice Viladelvia}, year={2019}, month={Jun.}, pages={81–89} }